BAB I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Fenomena perubahan iklim semakin dirasakan dampaknya oleh masyarakat, terutama masyarakat yang petani, nelayan, peternak dan perkebunan, masing- masing sector pendapatan ini paling rentan mengalami kegagalan akibat bencana akibat perubahan iklim. Dalam data Base BNPB Indonesia mencatat dari 1 Januari s/d 31 Desmber 2017 ada kejadian bencana sebagai berikut: jumlah jiwa yang meninggal 377 jiwa meninggal dan hilang akibat bencana, 3.49 Juta Jiwa terdampak dan mengungsi akibat bencana, 47.442 Rumah Rusak. 1. 272 Fasilitas penidikan rusak, 113 fasilitas kesehatan rusak, 698 fasilitas ibadah rusak kejadian-kejadian bencana tersebut didominasi oleh bencana hidrologi yakni air. Kejadian kejadian bencana hampir mengancam desa- desa di seluruh Indonesia, Tidak terlepas juga di Kabupaten Lombok Barat Propinsi Nusa Tenggara Barat, Kondisi fenomena perubahan iklim sangat dirasakan dampanknya di Lombok barat seperti bencana banjir, kekeringan, wabah penyakit, penyakit pada tanaman dan lainnya.
Kabupaten Lombok barat terdiri dari 122 Desa dengan 10 Kecamatan dimana sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lombok Utara, Sebelah Selatan dengan Samudra Indonesia, Sebelah Timur Kabupaten Lombok Tengah dan Sebelah Barat dengan Selat Lombok. Jumlah penduduk di Kabupaten Lombok Barat ada 665.132 Jiwa (Laki-laki 325.513 dan Perempuan 339.919 Jiwa) jumlah KK pada tahun 2016 sebanyak 189.901 KK.
Dengan jumlah desa yang membentang dari selatan sampe utara dengan topografi dataran rendah samapi dataran tinggi dimana di wilayah utara pegunungan berada di lkaki gunung rinjani, tengah dataran rendah dan panatai, sebelah selatan pegunungan dan dataran rendah, dengan kondisi tofograpi seperti ini kabupaten Lombok barat menajadi salah satu desa yang rawan terhadap bencana. Melihat kondisi yang demikian maka World Neighbors bersama Pusat Studi Pembangunan Nusa Tenggra Barat melakukan pemataan risiko bencana di 25 desa dari 122 desa yang ada di kabupaten Lombok Barat dengan melakukan pemetaan risiko bencana.
- TUJUAN
Adapun tujuan untuk kegiatan ini adalah:
- Untuk mengatahui apakah ada perubahan anatara hasil kajian pertama dan kedua setelah didampingi beberapa tahun (2015 s/d 2017)
- Untuk mengukur keberhasilan program PRB yang sudah berjalan di Desa Kuripan Selatan Selama ini.
- Untuk mengetahui tingkat dari hasil kajian Tahap I 2014 apakah ada perubahan dengan saat ini 2018 dari beberapa sisi:
- Tingkat ancaman pada setiap bencana
- Tingkat Kerentanan setiap bencana
- Tingkat Kapasitas masyarakat dan sumberdaya alam, manusia dalam menghadapi bencana.
- Mengatahui aksi apa saja yang sudah dijalankan selama ini dan apakah ada rencana aksi baru yang digagas oleh masyarakat.
- FASILITATOR/PENDAMPING
Kegiatan reviu kajian risiko bencana di Desa Kuripan Selatan defasilitasi oleh World Neighbors bersama Pusat Studi Pembangunan NTB dan BPBD Lombok Barat
BAB II
HASIL KAJIAN
- Metodologi dan Proses
Kajian di Desa Kuripan Selatan menggunakan beberapa teknik dan metode, antara lain Bagan Alur Sejarah Bencana, Bagan Peringkat Bencana, Pemetaan Lokasi Bencana, Penelusuran Wilayah Lokasi Bencana, dan Analisis Risiko Bencana. Bagan alur sejarah digunakan untuk mengidentifikasi jenis-jenis bencana yang pernah terjadi di Desa Kuripan Selatan selama kurun waktu 10 tahun. Sedangkan untuk mengetahui tingkat urgensi dari bencana-bencana yang pernah terjadi yang akan dikaji dibuat bagan peringkat dengan menggunakan parameter frekuensi kejadian, jumlah korban, kecenderungan akan terjadi lagi, luasan dampak, dan nilai kerugian.
Pemetaan wilayah bencana dilakukan untuk memetakan lokasi-lokasi kejadian bencana yang pernah terjadi. Hasil pemetaan ditindaklanjuti dengan penelusuran wilayah (transek) untuk menggali informasi lebih mendalam tentang bencana yang pernah terjadi di lokasi tersebut.
Berdasarkan jenis-jenis bencana yang teridentifikasi, dengan mempertimbangkan waktu yang ada dan jumlah peserta yang terlibat dalam kajian, diambil 3 jenis bencana untuk diperdalam melalui Analisis Risiko Bencana. Analisis risiko bencana menggunakan 3 faktor, yaitu Ancaman, Kerentanan, dan Kapasitas. Masing-masing faktor dijabarkan ke beberapa aspek. Setiap aspek dianalisis dengan menggunakan beberapa parameter yang dikembangkan bersama masyarakat. Penilaian terhadap parameter-parameter yang disepakati menggunakan sistem skoring dari 1 sampai 3, dimana 1 bermakna kategori rendah, 2 untuk kategori sedang, dan 3 untuk kategori tinggi. Hasil penilaian dari setiap parameter kemudian dicari nilai rata-rata secara bertingkat mulai dari rata-rata pada tingkatan aspek dan akhirnya rata-rata pada tingkat faktor.
Untuk masing-masing jenis bencana, berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh pada masing-masing faktor, dihitung Tingkat Risiko Bencana dengan rumus sebagai berikut :
Ancaman X Kerentanan
Tingkat Risiko Bencana = ---------------------------------
Kapasitas
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, Tingkat Risiko Bencana dibagi menjadi 3 kategori sebagai berikut :
Skor Tingkat Risiko Bencana
1 s/d < 3 Rendah
3 s/d < 6 Sedang
6 s/d 9 Tinggi
Berdasarkan hasil analisis risiko masing-masing jenis bencana, kemudian dikembangkan gagasan-gagasan yang bisa dibuat di tingkat masyarakat. Gagasan-gagasan tersebut kemudian dikembangkan menjadi rencana aksi di tingkat masyarakat.
Tingkat Risiko Bencana
Berdasarkan hasil analisis risiko bencana terhadap 3 jenis bencana tersebut, tingkat risiko bencana tersebut diurutkan sebagai berikut:
- ANCAMAN BENCANA DESA KURIPAN SELATAN
- Hama dan Penyakit Tanaman
- Analisis Ancmana bencana Hama dan Penyakit Tanaman di desa kuripan selatan tergolong sedang dengan skor 2,4 dengan analisa sebagai berikut:
- Probabilitas : Besar kemungkinan terjadi di tahun mendatang, karna hama belalang, walang sangit, werng, kresek, monyet setiap tahun menyerang tanaman. serangan Hama Tikus dan hama burung mulai berkurang dari tahun ketahun. HPT menyerang tanaman padi dan jagung baik pada lahan irigasi, lahan tadah hujan maupun lahan HKm yang mengakibatkan penurunan hasil produksi pada lahan seluas 14 Ha.
- Frekuensi Luasan Dampak : Hama belalang dan walang sangit menyerang tanaman padi disetiap tahun,dengan jumlah luasan yang berbeda beda. Hama tikus mulai menyerang tanaman padi, jagung, mulai dari saat buah padi dan jagung masih muda sampai siap panen (selama 2 - 3 minggu menjelang mau panen). Hama belalang, walang sangit menyerang pada malam dan sore hari, selama 2 -3 minggu. Hama wereng meneyrang tanaman padi ketika buah padi mulai menguning sampai panen dan menyerang pohon pisang.
- Penyebab : Hama tikus dan monyet menyerang Tanaman jagung seluas 6 Ha pada musim tanam kedua. Hama Tikus, wereng, walang sangit, belalang, burung menyerang tanaman padi seluas 8 Ha. serangan hama dan penyakit tanaman seperti, wereng, belalang, walang sangit, monyet, tikus burung berdampak terhadap turunnya hasil produksi tanaman sekitar 40 %
- Jumlah Korban : Pohon ditebang (pohon johar) dan ditanam kembali dengan jenis pepohonan yang berbeda (sengon,jati putih, kemiri, nangka pisang pepaya) dan disela sela pohon ditanami tanaman pangan. Sebagian Perkebunan sudah dialih fungsikan menjadi tempat produksi batu bata tetapi masyarakat tidak lagi menggali tanah kebunnya sebagai bahan batu bata namun membeli tanah ke luar desa. Werng, walang sangir, belalang jumlah pupulasi yang menyerang tergantung curah hujan. Curah hujan tinggi – menengah biasanya belalang, walng sangit populasi yang menyerang tinggi. Hama tikus lebaih banyak menyerang pada lahan kawasan hutan gunung sasak daripada lahan irigasi atau lahan tadah hujan tetapi luasan seranggan berkurang dari tahun ketahun
- Kerugian : 104 KK yang mengalami penurunan hasil pertanian akibat serangan Hama dan penyakit tanaman dengantotal luasan lahan 18 Ha. Hasil produksi Tanaman jagung 4.000 kg / Ha X 6 Ha = 24.000 kg turun menjadi 2000 kg/Ha penyusutannya = 2.000 kg/Ha X 6 Ha total luasan = 12.000kg/6 Ha x Rp. 5000 Harga Jagung/kg = Rp.60.000.000. hasil panen Tanaman Padi pada lahan HKm 6.000 kg /4 Ha turun menjadi 3.000 kg/4 Ha, penyusutannya dalam 4 Ha = 3.000 kg X Rp.4.000 Harga Padi = 12.000.000. Hasil Panen padi Lahan Tadah Hujan/Irigasi = 6.000 kg/Ha, turun menjadi 4.000 kg/Ha X 8 Ha = 32.000 kg X Rp.4000 Harga padi/kg = 128.000.000
- Analisis Kerentanan bencana Hama dan Penyakit Tanaman di desa kuripan selatan tergolong sedang dengan skor 2,1 dengan analisa sebagai berikut:
- Fisik : Ada alat tradisional yakni sambar untuk membasmi/menangkap hama belalang, walang sangt mskipun sekarang sudah terbatas. Sambar sekarang lebih banyak terbuat dari karung tau kantong plastik. membuat orang-orangan dan membentangkan tali pita di kawasan lahan yang ditanami padi untuk menakuti hama monyet dan brung tapi kelemahannya hanya efektif bebrapa saat, setelah itu monyet akan terbiasa . Ada tangki semprot pestisida tetapi namun jumlahnya terbatas sehingga penggunaan harus bergantian, tidak bisa bersamaan. Penyemprotan memakai pestisida untuk membasmi hama walang sangit, belalang, dan penyakit tanaman lainnya. mencampurkan Racun dengan beras atau makanan untuk meracuni hama tikus . Melakukan penyemprotan da meracun secara serenak dapat mengurangi hama sampai 50 %
- Sosial : jumlah 36 kk Lahan hutan lebih, pada tahun 2017 petani banyak yang menanam kacang tanah yang lebih aman dari hama monyet, burung dan tikus. Lahan persawahan 68 KK lahannya terserang hama dan penyakit. lebih banyak lumbung pangan tingkat keluarga dibandingkan dengan lumbung pangan kelompok. sebagian besar Petani hutan mapun petani lahan irigasi dan petani tadah hujan, lahan irigasi (sawah datar) yang menanam padi tidak menjual padinya namun disimpan sebagai cadangan pangan. Meminjam ke bank, tetangga, dan kelompok UBSP, masyarakat juga bisa menjadi tukang bangunan dan buruh pembuatan batu bata, sehingga tidak membutuhkan modal uang hanya modal alat saja. anak balita orang tuanya menjadi petani atau buruh tani sekitar 100 orang dan defabel 2 orang. Ada terbentuk kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB ) di desa Kuripan selatan. Belum ada perdes yang mengatur tentang bencana d desa Kuripan Selatan
- Ekonomi : Pertanian, Berdagang(kios, bakulan,kaki lima dan di pasar-pasar), Produksi batu bata, Penambanngan batu, Produksi tempe ( industri rumah tangga ) membuat kripik tempe, Tukang ojek, sopir, Buat krupuk, industri kasur dan bantal, Pegawai sewasta, dan PNS, masyarakat dapat meminjam ke Kelompok UBSP sebesar Rp. 20.000.000 untuk modal usaha berdagang maupun usaha produksi batu bata, usaha pembuatan kasur dan bantal memnjam modal ke Bank, dukungan Dari pihak luar berupa pinjaman modal usaha, meminjam ke Baank, koprasi, Kelompok UBSP, Ada bantuan mesin Penggiling padi dan gudang penyimpanan padi (lumbung pangan )dari dinas ketahanan pangan untuk kelompok Bina sejahtra dan kelompok Harapa Bersama, Ada dukungan mesin pembuatan tahu tempe dari dinas koprasi
- Lingkungan / SDA : Tidak ada homogenitas tanaman pangan karena tidak ditanami seremtak sehingga ketika satupetani panen maka hama pergi ke tempat yang belum panen dengan kondisi tanaman padi baru mulai berbuah dan akan berisi. Hujan sedang biasanya hama belalang mulai keluar. Pada tanaman saat tanaman padi mula mengeluarkan buah (sedang berbunga) sampai menguning hama walang sangit, wereng mulai menyerang. Hama tikus tidak mengenal cuaca.
- Analisis Kapasitas Masyarakat terhadap bencana Hama dan Penyakit Tanaman di desa kuripan selatan tergolong rendah dengan skor 1,8 dengan analisa sebagai berikut:
- Fisik : Ada alat tradisional yakni sambar untuk membasmi/menangkap hama belalang, walang sangt mskipun sekarang sudah terbatas. Sambar sekarang lebih banyak terbuat dari karung tau kantong plastik: aring untuk perangkap burung dan Sempetik untuk perangkap tukus dan monyet, Bisa terbasmi sampai 70 % jika dilakukan besamaan, Ada tangki semprot pestisida namun jumlahnya terbatas sehingga penggunaan harus bergantian, tidak bisa bersamaan.
- Sosial : ada sekitar 1000 kk masyarakat kuripan selatan yang menjadi petani baik petani hutan maupun petani lahan sawah. sekitar 700 kk masyarakat petani yang memiliki lumbung pangan keluarga dan lumbung pangan kelompok. Lumbung pangan kelompok hanya ada di dua kelompok yaitu bina sejahtra dan kelompok Harapan bersama. Sudah ada Kelompok Masyarakat penanggulangan bencana yang dibentuk pada tahun 2015 di desa kuripan selatan, Tidak ada implementasi perdes yang menangani bencana
- Ekonomi : masyarakat kuripan selatan yang menjadi petani banyak yang menjadi buruh batu bata dan pengusaha batu bata, tukang bangunan dan buruh bangunan da juga yang berdagang, Dari segi pendapatan masyaraka menjadi Agen jual batu bata, buruh geser batu bata, Ada bantuan mesin Penggiling padi dan gudang penyimpanan padi (lumbung pangan )dari dinas ketahanan pangan untuk kelompok Bina sejahtra dan kelompok Harapa Bersama. Ada dukungan mesin pembuatan tahu tempe dari dinas koprasi. Budidaya melon, buah naga,ndes yang sebelumnya tidak ada. Ada tumpang sari tanaman pangan
- Aspek Lingkungan / SDA : ada sistimjajar legowo yang digunakan petani dalam menanam padi pada lahan sawah, sistim ini memiliki elebihan dalam hasil produksi lebih banyak, populasi serangan hama dan penyakit llebih kecil dibandingkan dengan sistim tanam yang biasa digunakan petani. semua varitas tanaman pangan perpontensi terkena hama dan penyakit, tetapi tanaman singkong dan ubi jalar, lebih tahan terhadap serangan hama, juga tanaman rempah rempah seperti lengkuas kunyit tidak pernah diserang hama atau penyakit. sudah ada kemampuan masyarakat dalam konservasi lahan kerits dengan membuat terassering menanam pohon dengan berbagi jenis seperti kemiri, mangga, nangka, kulur, gaharu, jati putih, sengon. Masyarakat yang membuat batu bata tidak lagi menggali tanahnya sebagai bahan pembuatan batu bata namun membeli tanah sebagai bahan pembuatan batu bata keluar desa. Penambangan batu hanya berada di satu titik di bukit pendam dan yang menambang hanya beberapa orang saja, pemdes melarang menambang menggunakan alat berat
- Banjir
- Analisis ancaman bencana Banjir di desa kuripan selatan tergolong sedang dengan skor 2,25 dengan analisa sebagai berikut:
- Probabilitas : Tanad Tanda terjadi banjir akan terjadi kalau sudah hujan lebat selama sehari semalam. Ada kemungkinan terjadi banjir pada tahun mendatang diwilaya lendang lekong . Pernah Terjadi banjir pada tahun 2016 dan menggenangi tanaman padi seluas 6 Ha. hanya menggenangi halaman rumah sebanyak 16 rumah diwilayah kuripan selatan. tidak ada kerugian secara materi yang disebabkan banjir. kecil kemungkinan terjadi lagi akrena sudah ada perbaikan bibir sungai dengan talut sehingga air mengalir lebih lancar
- Frekuensi : Tidak terjadi setiap tahun . dari tahun 2015 - 2017 hanya sekali terjadi pada tahun 2016 dan tidak menimbulkan dampak yang cukup besar. Banjir hanya terjadi selama 1 jam setelah hujan reda banjir juga surut. Banjir terjadi pada tahun 2016 dan tidak menimbulkan korban jiwa
- Luasan Dampak Banjir : Merendamkan lahan pertanian seluas 8 ha. hanya menggenangi halaman rumah sebanyak 16 rumah diwilayah kuripan selatan, tidak ada rumah yang rusak dan tidak ada ternak yang hanyut, hanya 1 balok kayu yang hanyut di Dusun aik jambe, dan satu kandang kambing rusak tergerus air. 1 kk yang mengalami kerugian ( 1 balok kayu hanyut), 16 KK lahannya terendam banjir, 1 kk kandang kambingnya rusak karena tergerus air. banjir hanya menggenangi lahan pertanian seluas 6 Ha. Tanaman yang terendam masih bisa diselamatkan dan bisa panen secara normal. masyarakat melakukan aktifitasnya seperti biasa karena banjir tidak terlalu besar dan lama terjadinya sekira 1 jam pada sore sampai mlm hari.
- Penyebab : Ada aktifitas pertanian dihutan HKM dengan menanami Padi, jagung, Kacang panjang, kacang Tanah, dan membuat terasering juga menanam pohon seperti kemiri, mangga, nangka aren, sebagai penguat teras atau sebagi penguat tanah. Masyarakat kuripan selatan tidak ada yang mengalih fungsikan Dari hutan ke pemukiman hanya Membuat pondok kerja di hutan sebagai tempat berteduh atau tempat beristirahat. ada penanaman 20 pohon pada tahun 2015 - 2017 didaerah hulu sampai hilir seperti pohon: nangka, sengon, mahoni, jati putih, kemiri, mangga, keluih, sebagai bentuk konservasi lahan keritis. Jika terjadi panas berkepanjangan pada bulan tahun sebelumnya maka biasanya curah hujan pada bulan tahun mendatang akan besar. Curah Hujan pada tahun 2016 - 2017 tidak tentu dan masyarakat sulit untuk memprediksinya, pada tahun 2016 - 2017 6-7 bulanan, pada tahun ini masyarakat mempridiksi akan terjadi banjir besar tetapi karena perbaikan saluran irigasi, pentalutan sungai diwilaya hulu membuat banjir berkuarng
- Korban : ketika banjir pada tahun 2016 tidak ada korban yang mengalami luka ringan , luka berat sampai meninggal dunia, semua masyarakat bisa beraktifitas seperti biasa, tetapi 1 kk balok kayu hanyut kemudian 16 KK tanamannya terendam air
- Kerugian : Aday biaya tambahan untuk mengobati tanaman padi yang stres dan batang pohonnya rusak ringan namun bisa diobati dengan pestisida, untuk mengobati tanaman padi seluas 1 Ha menghabiskan biaya sebanyak 250.000 X 6 Ha = Rp.1.500.000. 1 kk mengalami kerugian karen balok kayunya ikut terbawa air, harga 1 buah balok kayu sekitar 200.000
- Analisis kerentanan bencana Banjir di desa kuripan selatan tergolong sedang dengan skor 2,1 dengan analisa sebagai berikut:
- Fisik : Sungai sulin yang membentangi desa Kuripan selatan sebelah utara memiliki ukuran lebar 6-8 meter dengan kedalaman 3-4 meter dan kali kecil didusun aik jambi sangat kekecil dengan ukuran lebar 2 meter dan kedalaman 1.5 meter jika hujan lebat sering meluap ke lahan pertanian, ada pentalitan kali kecil di daerah aik jambe: 1. Di wilaya dusun pelabu ada aktifitas pembuatan batu bata yang berdekatan dengan bibir sungai sehingga rentan mengalami banjir dan mengakibatkan kerugian, -Sudah ada pentalutan kali sungai kecil sehingga belum pernah mengalami jebol atau rusak, -ada lubang bekas galian batu bata sebagai teknologi jebakan air ketika musim hujan dan sebagian dimanfaatkan sebagi tempat budi daya ikan dan Sudah Ada tempat evakuasi khusu yang disepakati masyarakat yang seriing mengalami banjir yaitu diwilaya lendang lekong. 2. Ada 70 KK yang rumahnya berada di dekat bantaran sungai dan rentan terkena bencana banjir, masjid di wilaya dusunpelabu, mushola Rt lendang leong yang berpotensi terkena banjir, jalan yang ada di Rt ledang lekong ikut terendam ketika banjir datang. 3. Ada masuk PAM di lendang lekong dimanfaatkan 38 KK dan sumur bor di aik jambi dimanfaatkan 30 orang
- Sosial : Selama ini masih belum ada terjadi konflik yang diakibatkan bencan banjirMasyarakat bergotong royong membantu tetangga yang terkena bencana banjir.Sudah ada kelompok KMPB yang terbentuk didesa kuripan selatan dan aktif dalam melakukan kegiatan gotong royong membersihkan selokan, penanaman pohon dan mengadakan pelatihan Peningkatan Kapasitas, mengakses bantuan untuk pengadaan perlengkapan tanggap daruratAda 68 KK miskin di desa kuripan selatan yang rentan dari bencana banjr Balita: 85 anak Ibu hamil: 8 orang Difabel: 8 orang Tidak ada situasi folitik yang kondisif Selama ini tidak ada kearifan local yang didaya gunakan untuk mengatasi bencana banjir Ketika terjadi banjir Kelompok KMPB meminta bantuan ke BPBD dan dias sosial Sudah ada kelompok KMPB yang terbentuk didesa kuripan selatan dan aktif dalam melakukan kegiatan gotong royong membersihkan selokan, penanaman pohon dan mengadakan pelatihan Peningkatan Kapasitas, mengakses bantuan untuk pengadaan perlengkapan tanggap darurat
- Ekonomi : Usaha kasur= 3.500.000/bulan. Usaha batu bata = 2.000.000/bulan Batu pecah 800.00/ bulan Hasil pertanian 1.000.000.000/bulan Buruh harian/tani 1.500.000 bulan Belum ada tabungan khusus untuk siaga bencana. Ada Ketersediaan pangan cukup untuk kebutuhan sampai 6 - 8 bulan bagi yang punya sawah dan kecuali dipakai untuk modal acara begawe tidak cukup. Akses ke koprasi bank bri,btpn, bpr, bank diok, dengan jasa 1 -2 %, ada program dari bank tanpa jaminan atas nama kelompok, tetapi yang memiliki kelompok UBSP mereka tidak lagi meminjam uang ke tempat lain. Tersedia modal usaha di kelompok gapok tan sebanyak 250.000.000, kelompok bukit harapan sebanyak 100.000.000, kelompok bina sejahtra sebanyak 80.000.000, Bukit Harapan 1000.000.000, Citra karya 10.000.000. Ada modal usaha cukup untuk kapasitas usaha keluarga
- Lingkungan / SDA : Curah Hujan pada tahun 2016 - 2017 tidak tentu dan masyarakat sulit untuk memprediksinya, pada tahun 2016 - 2017 6-7 bulanan, pada tahun ini masyarakat mempridiksi akan terjadi banjir besar tetapi karena perbaikan saluran irigasi, pentalutan sungai diwilaya hulu membuat banjir berkuarng. ada hutan kemasrakat (HKM) yang dimanfaatkan masyarakat kuripan selatan dalam menambah penghasilan keluarag, dan meninkatkan cadangan pangan ditingkat keluarga. Kawasan hutan terbatas di gunung sasak hanya 150 Ha, untuk kuripan selatan keseluruhannya 450 Ha. anggota kelompok tani hutan wilaya gunungsasak sering melakukan penanam pohon seperti, kemiri, mahoni, sengon, keling, nangka, gaharu, aren. Lereng guung berbatu dan tanah sari/tanah liat, Lahanpertanian :tanah liat dan tanah sari
- Anlisa kapasitas masyarakat terhadap bencana Banjir di desa kuripan selatan tergolong sedang dengan skor 2 dengan analisa sebagai berikut:
- Fisik : sebagian Masyarakat menyadari bahwa membuang sampah ke saluran air dapat menyebabkan banjir dan sebagian kecil yang membuang sampah ke sungai. Masyarakat yang membuang air besar ke sungai mulai berkurang, karena sudah membuat septik tank dirumah masing masing. sungai yang ada dihutan sebagian besar sudah ditanamami pohon oleh anggota kelompok tani hutan Whahan kawasan, Wana karya dan kelompok Aik jambi. Para petani memasang tanggul penahan longsor didaerah pertanian. Sudah ada Jalur evakuasi dan pelang menuju Tempat evakuasi yang dipasang oleh Kelompok KMPB desa Kuripan Selatan. Sudaah ada Tempat evakuasi yang disepakati masyarakat di RT Lendang Lekong yang menjadi tempat evakuasi ketika terjadi bencana banjir. masyarakat akan berlari ke tempat evakuasi yang sudah dsepakati ketika ada peringatan dini yang dulakukan kelompok KMPB. Ada kemampun menetukan keberadaan bangunan yang aman dari banjir, berlari ke dataran atau rumah tetangga/ keluarga yang berada di dataran tinggi, menyelamatkan diri ke majid. Tidak ada penentuan tempat membangun fasilitas umum berdasarkan keamanan atau bebas dari bencana, karena keterbatasan lahan yang akan ditempati masyarakat. Ada kemampuan masyarakat dalam mengakses bantuan yang dibutuhkan ketika terjadi banjir, yang dibantu oleh Pemdes dan Kelompok KMPB
- Sosial : Masyarakat cukup rukun dalam kehidupan sehari hari saling membantu antar tetangga jika salah satunya terkena bencana baik dengan jasa atupun dengan materi semampunya. Sering dilakuka Gotong Royong Oleh Kelompok KMPB bersama dengan Masyarakat dalam Memperbaiki lingkungan dan membersihkan saluran air. Membantu tetangga yang terkena bencana membersihkan, memperbaiki rumah. Gontong royong membesihkan lingkungan bersama masyarakat , kelompok KMPB. Gontong royong memperbaiki dan Membersihkan sampah yang ada di sungai setelah selesai banjir. Ada kelompok KMPB yang melakukan Peringatan dini ketika hujan lebat, dan sering melakukan kegiatan yang sifatnya adptasi maupun mitigasi bersama masyarakat. Selama tahun 2015 - 2017 banjir terjadi hanya sekali dan tidak menimbulkan dampak yang luas, dan tidak ada korban luka maupun meningal. Ketika hujan lebat Kelompok KMPB mulai melakukan peringatan dini dengan menelpon ke semua masyarakat dan keluarga yang memiliki anggota keluarga yang rentan. banjir pada tahun 2016 tidak menimbulkan korban luka maupun meninggal. Belum ada perdes yang mengatur tentang bencana didesa Kuripan Selatan hanya ada protap ditingkat Kelompok KMPB saja. karena tidak adanya Perdes didesa kuripan masyarakat kurang berpartisipasi dalam mempersiapkan diri dalam mengadapi bencana baik sebelum maupun sesudah. Kesewadayaan: masyarakat memberikan bantuan kayu bambu 1 – 5 batang untuk memperbaiki rumah tetangga yang terkena banjir, mengisi pasir kedalam karung untuk. Membantu warga selagi resepsi (begawe) dengan bantuan jasa. Tidak ada ritual yang dikembangkan di kuripan selatan yang mengarah ke kebencanaan. Sudah ada hubungan kerja sama Kelompok KMPB dengan BPBD, Basarnas, PMI dalam meningkatkan kapasitas anggota kelompok. Ada kelompok KMPB yang melakukan Adaptasi maupun mitgasi benacan yang melibatkan tokoh masyarakat dan Pemudaseperti gotong royong membersihkan lingkungan da saluran air, menanam pohon di bantaran sungai, menanam pohon di lahan keritis dan disekitaran mata air
- Ekonomi : selain menjadi petani masyarakat juga menjdi pedagang, peternak, pengusaha batu bata/pembuatan batu bata, industri rumah tangga. Belum ada masyarakat yang mempersiapkan tabungan untuk siaga bencana, karena masyarakat sudah mampu mencari pendapatan baru ketika bencana . masyarakat meminjam uang untuk modal usaha, ke bank, koprasi dan tetapi masyarakat yang anggota kelopok UBSP tidak lagi meminjam kepihak luar . Sudah ada hubungan kerja sama Kelompok KMPB dengan BPBD, Basarnas, PMI dalam meningkatkan kapasitas anggota kelompok, dan mengakses dana bangkesbangdagri. Ada kemampuan dalam mengakses uang dari bank bagi yang punya tabungan, meminjam uang pakai jaminan.
- Lingkungan / SDA : Kelompok Tani Hutan hampir setiap tahun melakukan penanaman pohon di kawasan hutan dengan jenis tanaman seperti, terembesi, nangka, keluih, ceruring, gaharu, kemiri, mahoni, jati putih, pohon pisang. petani lebih banyak menanam pohon kemiri, pisang, pepaya, nangka, keliuh dan pohon berbuah lainnya dikebun mereka. Petani lebih banyak mengembangkan tananamn padi dan palawija dilahan irigasi maupun lahan tadah hujan. Belum ada tata Ruang Desa yang mengatur tentang tata letak membuat bangunan yang aman dari bencana. Masyarakat membangun rumah sesuai lokasi tanah yang mereka mliki, bukan berdasarkan letak yang aman terhadap bencana
- Upaya yang pernah dilakukan masyarakat
- Angin Kencang
- Analisis ancaman bencana Angin Kencang di desa Kuripan selatan tergolong sedang dengan skor 2,3 dengan analisa sebagai berikut:
- Probabilitas : kecil kemungkinan akan terjadi lagi karena dari tahun 2015 - 2017 tidak pernah merusak bangunan rumah, ada dampak pada lahan pertanian seperti membuat tanaman padi rebah sehingga hasil produksi menurun, angin kencang biasanya terjadi ketika tanaman padi mulai menguning
- Frekuensi : angin kencang terjadi selama 2 minggi ketika menjelang acara bau nyale akan tiba, masyarakat biasa menyebutnya ombek nyale
- Luasan Dampak : 11 Tanaman padi rusak menyebabkan penurunan hasil produksi
- Penyebab : Cuaca buruk : angin panas, hujan lebat disertai angin kencang, biasanya terjadi menjelang acara tradisi bau nyale
- Korban : tidak ada korban luka mapun korban meninggal ketika anginkencang datang, tidak ada pohon yang tumbang diwilayah desa kuripan selatan, hanya tanaman padi yang rusak menyebabkan turunnya hasil produksi
- Kerugian : 11 Ha lahan pertanian tanaman padi mengalami penurunan produksi 6000 kg/ha turun menjadi 4.000/Ha, penyusutan sebanyak 2.000 kg/Ha X 11 Ha =22.000 kg X Rp. 4000 harga padi = Rp88.000.000
- Analisis kerentanan bencana angin kencang di desa kuripan selatan tergolong sedang 2,2 dengan analisa sebagi berikut:
- Fisik : Rumh masyarakat didesa kuripan selatan sebagian besar menggunakan genteng, ada yang mengunakan seng, asbes dan spandek, sebagian kecil yang mengunakan lantai plat/dicor beton. Rumah masyarakat kuripan selatan rata rata hampir 90 % berdekatan dengan pohon kelapa, pohon mangga, pohon nao (tinggi pohon 10 m lebih). Masyarakat biasanya lari kemasjid sebagai tempat berlindung/tempat evakuasi ketika rumahnya terbawa angin, akan tetapi dalam krun waktu 3 tahun terakhir tdak ada masyarakat yang atap rumahnya terbawa angin
- Sosial : Belum pernah terjadi lagi konflik sosial yang disebabkan bencana angin kencang . Ada kerja sama kelompok KMPB dengan masyarakat dan kelompok tani lain untuk melaksankan gotong royong memotong rating pohon : Urusan adat: biaya resepsi pernikahan (begawe) 30 – 60 juta/satu pasangan penganten, Kesehatan : 30 – 50 ribu / 1 kali cek kesehatan atau berobat, Biaya sekolah : anak SD, uang saku 2- 5 ribu, anak SMP uang saku 5 - 15ribu, anak SMA uang saku 5 -20 ribu iuran sekolah. sudah ada Kelompok KMPB yang melakukan adaptasi dan mitigasi bersama masyarakat. Belum ada Perdes atau kebijakan pemdes yang mengantur tentang kebencanaan di Desa Kuripan selatab. 24 kk miskin yang menjadi penggarap sawah milik orang lain ikut terkena dampak ketika angin kencang yang menyebabkan penurunan hasil padi . Ada peringatan dini bencana angin yang dilakukan oleh KMPB . karena dampaknya terhadapt penurunan produksi padi maka tidak ada bantuan yang sifatnya tanggap darurat dari dinask terkait
- Ekonomi : Masyarakat tetap beraktifitas seperti biasnya karena tidak berdampak pada kerusakan rumah ataupun korban jiwa: Ada beberapa jenis tanaman yang tahan angin dikembangkan seperti : sekuh, kunyit, kacang tanah,sebek dan Pepohonan seperti : Pohon aren dan pohon kelapa yang dipercaya sulit tumbang oleh aangin (menurut masyarakat kuripan selatan)
- Lingkungan : Wilaya desa Kuripan selatan dataran rendah yang berada dibagian utara dan dataran tinggi berada dibagian selatan dan terdapat banyak pepohonan disekitar pemukiman : Jumlah pohon yang tinggi 3.000 pohon dan Jumlah pohon yang rimbun dan bercabang 9700 phon. Beberapa jenis tnah diwilaya desa kuripan selatan antara lain Tanah liat, Tanah sari, Tanah berbatuan, tanah berpasir
- Analisis kapasitas masyarakat terhadap bencana Angin Kencang di desa kuripan selatan tergolong rendah dengan skor 1,8 dengan analisa sebagai berikut:
- Fisik : hanya sebagian kecil masyarakat yang mampu membuat bangunan tahan angin sekitar 17 %. masyarakat memotong ranting pohon yang didekat rumah agar tidak patah atau tumbang karena angin. Tidak ada penentuan letak membangun rumah yang tahan angin karena keterbastasan lahan. masyrakat menggunakan sebagi tempat evakuasi ketika terjadi bencana namun selama ini belum pernah ada terjadi kerusakan bangunan atau rumah yang diakibatkan bencana angin kencang
- Sosial : selama ini tidak pernah terjadi konflik akibat benvcana angin tetapi kalau ada konflik biasanya diselsaika secara musyawarah antar keluarga. Ada kerja sama antara masyarakat dengan Kelompok KMPB desa kuripan selatan dalam mengantisipasi bencana seperti, gotong royong memotong ranting pohon yang dapat membahayakan ketika angin kencang. Sudah ada kelompok KMPB yang dibentuk pada tahun 2015, yang bertugas melakukan perinngatan dini ketika ada tanda tanada ancaman bencan akan datang, . Tidak ada penentuan letak membangun rumah yang tahan angin karena keterbastasan lahan. 800 kk masyarakat desa kuripan selatan rawan dengan bencana angin karena rata rata memiliki pohon besar dihalaman rumahnya sehingga sangat rentan tertimpah pohon. Untuk peringstsn dini masyarakat atau kelompok KMPB menggunakan pengeras suara masjid dan menggunakan megaphon.
- Ekonomi : Beberapa jenis mata pencaharian masyarakat desa kuripan selatan antara lain pedagang keliling, pengusaha kasur, petani, tukang, buruh, pembuat batu bata, Pegawai tetap dan PNS hanya beberapa orang. Beberapa tanaman yang jenis tanaan yang tahan angin dikembangkan petani seperti, tanaman Kunyit, Lengkuas, Bujak, ubi jalar, Kacang tanah, kacang hijau Ada lumbung pangan ditngkat keluarga dan ditingkat kelompok, ketersediaan pangan mampu bertahan selama 6 bulan ada juga bisa bertahan sampai musim tanamn kembali: Ada kemampuan mengelola hasil panen: membuat pisang goreng, tigapo,lapispisang
- Lingkungan /SDA : ubi jalar, sekuh, laos kunyit, ubi kayuKedelai, kacang tanah,timun, Kacang merah, Kacang hijauPenghijauan hutan/ penanaman pohon kembali yang dilakukan oleh anggota kelopok tani Hutan, dengan beberapa jenis pohon yang ditanam yaitu anakan pohon, nangka, Kemiri, Cerusing, Mangga, Pohon enam enam, Keliuh, Ceruring, Aren, sengon, Jati puti, gaharu, Cempedak,
- Upaya yang pernah dilakukan masyarakat:
- Kekeringan
- Analisis ancaman bencana Kekeringan di desa kuripan selatan tergolong sedang 2,25 dengan analisa sebagai